Nov 21, 2007

TENTANG ORGANISASI

THE INDONESIA-RUSSIA STUDY CLUB: PERERAT PERSAHABATAN DENGAN RUSSIA

Hubungan akrab yang terjalin antara Indonesia dan Rusia mencapai masa keemasan pada tahun pertengahan 1950-an hingga pertengahan 1960-an. Presiden I Republik Indonesia, Bung Karno, dan Pemimpin Uni Soviet, Khruschev (baca: Kruchov), menjadi faktor penentunya. Tidak sedikit pakar kajian Indonesia di seluruh dunia memfokuskan penelitian mereka pada hubungan Indonesia–Uni Soviet. Pengamat Australia Herbert Feith, misalnya. Feith mengulas tema hubungan akrab kedua bangsa dan pemerintahan kedua negara ini dalam sebuah bunga rampai suntingan George McTurnan Kahin «Government and Politics of Southeast Asia (1964)». Menurut Feith, pada tahun 1961-1962 hubungan akrab Indonesia–Uni Soviet terutama terlihat dalam hal bantuan finansial (pinjaman lunak) dan bantuan perlengkapan militer. Kala itu, banyak yang dilakukan Uni Soviet untuk Indonesia.

Tentu masih banyak yang ingat bahwa pembangunan sejumlah proyek di Indonesia, seperti Gelora Senayan (kini Gelora Bung Karno), jembatan Semanggi dan pabrik baja Cilegon, sebagian jalan trans Kalimantan adalah hasil dari hubungan baik itu. Dari pihak Indonesia, realisasi persahabatan kedua bangsa dan negara juga terlihat dari semakin intensifnya kunjungan para menteri-menteri dan kepala staf angkatan perang Indonesia ke Moskwa kala itu. Pengiriman mahasiswa dan kader personil militer Indonesia ke berbagai kota di Uni Soviet pun dilakukan secara besar-besaran.

Sejarah mencatat bahwa pertengahan tahun 60-an merupakan tahun krisis bagi Indonesia. Berbagai peristiwa besar terjadi di Indonesia. Puncaknya adalah tragedi berdarah tahun 65-66. Peristiwa tersebut mengakibatkan berbagai dampak, termasuk pada hubungan Indonesia–Uni Soviet. Hubungan akrab dan jalinan persahabatan Indonesia–Uni Soviet terkena imbasnya. Segala yang telah dirintis dan dijalin oleh kedua bangsa dan kedua pemerintahan menjadi ‘seolah tak pernah ada’. Sejak itu persahabatan yang mesra pun lambat-laun terkikis oleh kepentingan-kepentingan baru yang mendominasi. Hubungan kian merenggang, merenggang, dan jauh sama-sekali. Untunglah di tingkat diplomatik, selama lebih dari 30 tahun, keberadaan kedutaan besar di kedua negara tetap dipertahankan. Ini menyebabkan hubungan Indonesia–Uni Soviet tak terputus sama sekali.
Pada pertengahan tahun 1985 arah perpolitikan Uni Soviet mulai berubah. Akhir tahun 80-an hingga awal 90-an, peta politik itu terus bergerak dan berubah begitu cepat dari hari ke hari. Bersamaan dengan likuidasi Uni Soviet, Rusia memproklamirkan kemandiriannya sebagai negara baru: sebagai Republik Federasi Rusia. Pendirian negara baru ini tidak mulus. Masa sulit dan berbagai krisis terus mengikuti perubahan sistem politik, ekonomi dan sosial yang terjadi di bekas negara Adidaya ini. Bahkan hingga memasuki abad ke-21 berbagai krisis terus menerpa Republik Federasi Rusia.
Sulit mengatakan bahwa krisis di Republik Federasi Rusia telah sama sekali berlalu, atau sebaliknya: bahwa berbagai krisis masih terus dan akan terus membayangi Rusia. Namun beberapa fakta menunjukan bahwa negeri beruang merah ini berada pada tahap penyembuhan sisa luka krisis lamanya, yang mulai mengering. Terapi pengobatan dilakukan untuk memulihkan kondisi di berbagai bidang. Konsolidasi di dalam tubuh pemerintahan dan birokrai, dekonstruksi image dunia tentang Rusia sebagai momok utama dunia pada periode Uni Soviet, rekonstruksi image baru tentang Federasi Rusia, penataan ulang sistem politik, ekonomi dan sosial, dan pelunasan hutang luar negeri Rusia, semua itu merupakan sedikit dari prioritas yang secara bertahap terus dilakukan pemerintah Federasi Rusia saat ini.
Negeri yang 15 tahun lalu bertekad menyibak tirai besi yang menghalangi jangkauan pandang dunia luar ke dalam negeri mereka dan jangkauan pandang mereka sendiri ke negeri-negeri lain, lambat laun, tapi pasti, terus mencoba menapak ke depan dengan kepercayaan diri yang juga terbangun secara perlahan.
Menyadari akan besarnya peluang mengembalikan hubungan harmonis Indonesia–Rusia puluhan tahun lalu itu, sejak tahun 2002 beberapa peneliti muda di St. Petersburg, baik warga negara Indonesia maupun Rusia, mencoba merintis lagi sebuah hubungan akrab antar bangsa yang dimasa lalu pernah ada, namun sayang tercabik tak bersisa. Seperti kata pepatah: ide besar hanya tinggal menjadi ide semata jika tidak mulai direalisasikan. Maka sebagai realisasi dari keinginan tersebut, pada bulan September 2003 mulai dirintislah pembentukan sebuah organisasi baru yang kemudian diberi nama «The Indonesia-Russia Study Club».
Didirikan sebagai organisasi nirlaba, «The Indonesia-Russia Study Club» berupaya menjadi wadah untuk menyatukan ide-ide dan pemikiran para peminat kajian Indonesia dan/atau Rusia, dan hubungan keduanya.
Study Club pun memulai kiprahnya dengan kegiatan yang oleh beberapa pihak justru dianggap «sepele»: berkumpul dan mendiskusikan hal-hal yang ringan tentang Rusia atau Indonesia.
Lambat laun kegiatan Study Club mulai diikuti baik oleh warga negara Indonesia, warga negara Rusia, maupun warga negara lain yang berminat pada hubungan Indonesia-Rusia, atau mereka yang menguasai bidang-bidang keilmuan tentang Rusia dan/atau Indonesia. Mereka berasal dari disiplin ilmu yang beragam, mulai dari ilmu pasti alam dan teknologi, ilmu sosial dan humaniora, seni dan olah raga. Mereka juga memiliki jenjang pendidikan yang beragam, mulai dari mahasiswa S1, lulusan S1, S2, S3 dan juga post doctoral.

Produk-produk pemikiran Study Club diharapkan dapat berguna bagi persabatan Indonesia dan Rusia. Tidak jarang «The Indonesia-Russia Study Club» menghadirkan para ilmuwan dan pakar dalam berbagai bidang untuk mendukung kegiatannya, misalnya: sebagai nara sumber atau penceramah. Study Club dibentuk bukan sekedar sebagai wadah untuk bernostalgia mengenang hubungan harmonis kedua bangsa di masa lampau, namun lebih dari itu. Melalui Study Club, para peneliti muda ingin memulai hubungan Indonesia–Rusia yang harmonis, cerdas dan berperspektif ke masa depan.
«The Indonesia-Russia Study Club» memahami besarnya minat diskusi tentang kajian Indonesia dan Rusia. Atas permintaan banyak pihak, Study Club memberi ruang bagi para simpatisan dari beragam kalangan di luar civitas academiсa untuk turut dalam forum-forum diskusi yang diselenggarakan. Ide-ide segar disumbangkan oleh para pensiunan, veteran, wartawan, pekerja seni (dari penari, film maker, pelukis, pematung, penyair, pekerja seni pertunjukan, musisi, dll), diplomat, staf perwakilan RI di berbagai negara persemakmuran, dan lain-lain.

«The Indonesia-Russia Study Club» dengan motto: Multifarious Studies for better relationship, terus mencoba menata diri, mencari formulasi bentuk kegiatan tanpa meninggalkan karakter Study Club. Study Club menjalin persahabatan dan kerjasama dengan berbagai institusi Rusia, pihak swasta, beragam kelompok, berbagai club, bahkan perorangan, yang dianggap tidak bertentangan dengan prinsip dan karakter Study Club.

Organisator yang memotori jalannya berbagai kegiatan «The Indonesia-Russia Study Club» memang terbatas jumlahnya, namun hal ini tidak menghalangi Study Club untuk selalu merancang kegiatan yang dapat memberikan dampak kegiatan tidak kecil bagi perkembangan persahabatan Indonesia–Rusia.


Henny Saptatia DN Sujai (Penggagas Indonesia-Russia Study Club)

No comments: